Selasa, 25 Maret 2008

Membuat Dunia Dengan Flash MX

Bagaimana cara membuat dunia dengan Flash???? Hmm... Mau tahu? Ini dia langkah-langkahnya.

  1. Masuk ke Macromedia Flash
  2. Lalu untuk membuat lingkaran, klik tool “oval” yang ada pada “toolbox”
  3. Trus, untuk membuat garis-garis lengkung (supaya serupa dengan peta bumi) maka kita bisa menggunakan garis “ink”, yang ada pada “pencil” di “toolbox”.
  4. Nah, tinggal diwarnai deh..... Untuk mewarnai tinggal klik “fill” color pada toolbox “color”
  5. Setelah diwarnai kayaknya kurang afdol ya kalau tidak ana animasi gerakan??? Karena yang saya buat adalah animasi memantul, nah, ini nih caranya :

1. Klik file new

2. Pada Timeline , pilih frame 1

3. Pada frame 1, gunakan Insert -> Create Motion Tween untuk memulai

4. Gerakan lingkaran kebawah

5. Klik Insert Keyframe pada frame15 pada Timeline

6. Gerakan lingkaran keatas

7. Klik Insert Keyframe pada frame 30 pada Timeline

  1. Jika sudah selesai tekan Ctrl+ Enter, bola dunia Anda pasti jadi dan sekrang sedang berputar-putar

Merancang Web Dengan Fireworks ala Tibol....

Merancang Web Dengan Fireworks ala Tibol....

Bagaimana membuat desain web??? Hmmm...mungkin bagi sebagian orang awam, hal ini masih teramat sulit. Akan tetapi, sekarang siapa pun bisa merancang Web nya sendiri dengan menggunakan Fireworks. Mau tahu caranya......

Ini nih langkah-langkah nya...

  1. Buka Fireworks yang telah diinstal

  1. Untuk memulai membuat latar, masuk ke menu “File” lalu klik “New”. Atau biar lebih gambang langsung saja pencet saja Ctrl+N
  2. Setelah itu, akan muncul info seperti ini

Dan klik “ok”!!! Dan muncul deh...

  1. Terus, kalian bisa membuat objek kotak atau garis, sesuai hasrat desain kamu, dengan tool “vektor” yang ada di sebelah kiri. Nah, kalau ingin membuat objek kotak seperti ini, kalian bisa menggunakan tool “vektor rektangel”

  1. Lalu, untuk memilih warna, yang pas dengan selera, dan garis, kita bisa melakukan itu dengan masuk ke kolom propertis (biasanya ada di bawah). Kita bisa juga memberi effect “shadow” pada kotak. Efek ini bisa dilihat juga masih di kolom yang sama yakni “propertis” lalu masuk ke “filters”.

  1. Kita bisa menambahkan tex pada desain web juga loh!!! Caranya gampang. Tinggal klik text tools di “kolom vektor”, biasanya ditandai dengan huruf A

Jadi dech desain web ala kita-kita. Tapi....kayaknya nggak seru degh kalau web nya nggak ada gambar-gambarnya????? Hmm....... Lalu bagaimana ya cara memasukkan gambar pada desain web yang kita buat??????

Begini nih caranya:

  1. Buka file gambar kita, lalu masukkan gambar yang akan digunakan
  2. Lalu, bila gambar yang kita ambil berlatar putih, kita bisa menggunakan “Magic Wand Tool” yang ada di kolom “bitmaps”. Setelah itu, masuk ke menu, pilih “select” kemudian “select inverse” dan untuk membuat area pengambilan menjadi lebih halus, kita bisa masuk kembali ke “select” terus “klik feather

  1. Agar gambar dapat bersatu dengan desain web semula, kita bisa mengcopy gambar dengan Ctrl+C lalu mem-paste gambar tersebut ke desain web yang telah kita buat dengan memencet Ctrl+V. Kalian bisa menggunakan Ctrl+T jika ingin menyesuaikan ukuran gambar dengan desain

  1. Saran: Beri filter shadow agar gambar terlihat lebih alami di web!!!!

Nah, web kita ada gambarnya dech sekarang!!!!! Tapi....sebenarnya, ini belum selesai lo!!! Ada tahapan lain untuk menyelesaikan desain web kita ini. Mau tahui caranya? Hayo...

  1. Tahap finishing yang pertama adalah menggunakan slice yang ada di kolom tools web. Dengan ini kita bisa membagi-bagi kerangka web yang kita buat, mana yang bagian “top”, mana yang buat “main menu”, mana yang buat “menu”, dan mana yang “bottom”

  1. Lalu tekan F12 jika ingin melihat preview nya di internet

  1. Setelah itu di “ekspor” dech….. Selesai!!!!

That’s my desain web!!! Thank to NIDIJIHOLIC and nery@purnamainfo...

Selasa, 18 Maret 2008


Are You A Digital Pirate? (hal 1-7)

Cerita dalam buku ini bermula dari seorang anak yang bernama Daren, bukan nama sebenarnya. Ia adalah seorang mahasiswa tingkat pertama di Eastern University, dimana tiap komputer telah tersambung dengan internet berkecepatan tinggi. Pada dasarnya, ia adalah mahasiswa yang baik: Ia tinggi, berambut kriting, pakaiannya rapi, tidak bertindik dan bertato, bahkan ia punya senyum yang lugu. Di dalam kamarnya, Daren sering sekali browser beragam hal dari internet dan mengunjungi www.kaaza.com, dan seketika ia menjadi tersambung dengan cepat ke jaringan komputer di seluruh dunia.

Ya, fakta membuktikan bahwa 300 juta copi data yang ada di Kaaza- sebuah sharing software- telah di download. Sebagai partisipan dalam kazaa, mereka bisa melakukan beragam hal mulai dari pembelian dan penjualan bahkan saling berbagi apa yang mereka pakai satu sama lain, melalui situs pertukaran yang besar tersebut. Akan tetapi, dalam situs ini, tidak ada yang akan benar-benar membeli atau menjual, bahkan tidak ada perrtukaran uang secara langsung, dan tidak ada kondisi transaksi sebenarnya. Yang benar terjadi adalah kazaa merupakan pintu bagi beragam data media, yang bisa dikopi dengan gratis ke beragam komputer, yang tentunya terhubung dengan kazaa. Disini, seseorang, dan juga Daren, mampu men-download data yang mereka pilih dari komputer lain, meski tanpa izin dari yang lain.

Sebenarnya, Daren adalah mahasiswa yang baik. Bahkan ia belum pernah terkena masalah, baik masalah plagiatisme tugas kuliah ataupun menyontek. Akan tetapi, melalui kaaza ia men-download secara gratis CD band musik favoritnya tanpa izin dari perusahan musik. Dalam pikrannya meng-copy lagu dari kazaa memang salah, akan tetapi ia berdalih, hal ini merupakan kesalahan yang tak begitu besar.

Daren, sama seperti 60 juta penduduk bumi lain. Mereka adalah pembajak yang ada di era milenium digital kini. Apa yang Daren tidak tahu adalah sebenarnya idustri rekaman mungkin saja melihat apa yang ia kerjakan, merekam aktivitasnya di internet dan mempersiapkan isu apa yang seharusnya dilakukan untuk menggunakan sesuatu secara legal guna melawan Daren dan pada akhirnya memberikan informasi ini ke administrator informasi kampus di kampus Daren. Hal ini bukan saja berlaku untuk industri rekaman, Jika ia mendownload software atau film, beragam industri ini pun akan tahu apa yang ia lakukan. Dan mungkin, kita juga adalah salah satu pembajak digital, seperti apa yaang Daren lakukan.

Dalam buku ini, sebenarnya penulis ingin membuat pembacanya mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan pembajakan digital. Selain itu, ia pun ingin membantu para pembacanya mendifinisikan lagi beragam hal secara intelektual dan etik. Intinya, ia ingin memberikan beberapa masukkan tentang bagaimana tiap individu (kita) dapat bertindak untuk hal ini.

Di sisi lain, ia mencoba menjelaskan sejarah yang panjang tentang hak cipta dari tiap era, memberikan perhatian pada bagaimana era digital, tempat hidup kita sekarang, telah mengubah hakikat dan persepsi dari bahan-bahan hak cipta. Dalam buku ini akan dijelaskan beberapa contoh dan masalah yang akan dihadapi terkait dengan apa penjelasan tentang intelektual properti dan meminta pembacanya untuk merefleksikan hal ini dalam tindakannya.

Buku ini juga memaparkan kilas balik tentang sejarah hak cipta dan pro dan kontra diantara kepentingan pemilik hak cipta dan masyarakat luas, serta cara yang sesuai untuk menjadi pemain atau pengguna di dunia digital dan aturan-aturannya. Selain itu, pembaca pun juga akan diajak untuk mempelajari pengaruh ekonomi dari pembajakan, hukum yang terkait dan personal dan etika yang ada terkait dengan pembajakan. Dan fokusnya, buku ini ingin mendiskusikan kepada semua pembacanya tentang apa yang sesungguhnya terjadi sehingga kita harus menyebut tindakan ini sebagai sebuah perilaku pembajakan.

Sebelum lebih jauh ke masalah pembajakan, ada satu poin yang dibahas terlebih dahulu. Bukankah semua yang media hal cipta- buku, film, lagu, dll- merupakan properti intelektual? Lalu apakah difinsi properti intelektual sebenarnya?

Sebenarnya properti intelektual dapat didifinisikan dalam dua difinisi

1. Produk dari intelektual yang memiliki nilai komersial, termasuk properti hak cipta seperti literasi atau kerja artistik dan properti ideologi, seperti bentuk, sumber asli, metode bisnis, dan proses industri.

2. Pemilik dari ide dan pihak yang terkait (pengontrol) seluruh representasi visual dari ide-ide tersebut. Menggunakan properti intelektual dari orang lain bisa saja dikenakan biaya royalti atau permisi, tapi dengan kredit ke sumber.

Melalui difinisi ini, dapat disimpulkan bahwa properti intelektual adalah ide asli yang dipikirkan seseorang, dan kemudian direlisasikan dalam bentuk nyata, dan membuatnya menjadi barang miliknya- untuk dijual, di bagi-bagikan secara gratis, ditandai, dll.

Menurut penulis, kita semua pasti setuju bahwa pekerjaan yang original seperti yang dijelaskan di atas merupakan properti intelektual pembuatnya. Akan tetapi, di sisi lain, kita juga harus setuju bahwa 9 dari sepuluh individu di planet ini berasal dari sistem politik dan budaya yang tidak memiliki pemahaman konsep dan hukum tentang properti intelektual. Sehingga fakta yang kemudian muncul adalah banyak orang akhirnya tidak mau tahu dengan kepemilikan seseorang atas sebuah properti.

Hukum hak cipta memberi garanti, berupa hak, kepada pemiliki dari properti intelektual untuk menentukan siapa yang berhak meng-copy propertinya ini. Hak ini telah digunakan selama 300 tahun. Hak atas perlindungan ini merupakan monopoli yang digaransi oleh pemerintah. Meski demikian, hukum ini juga ternyata memiliki kelemahan yakni ia kurang memperhatikan segi semantik. Dimana hak cipta tidak memproteksi sebuah ide dan lebih memilih memproteksi hal-hal unik saja dari sebuah ide.

Contohnya, sebagai hal yang original, setelah bekerja, pembuat hak cipta lalu menyebarkan apa yang mereka buat (hasil ide) ke publik. Akan tetapi, setelah sampai ke publik, hasil kerja yang original itu di format lagi, oleh orang lain, menjadi ekspresi unik yang lain. Mungkin adalah hal yang salah jika kita mencuri dari orang lain. Akan tetapi, jika hal ini menyangkut lagu atau film atau permainan, atau piranti lunak komputer yang kita copy dari teman atau download dari internet, kita mungkin tidak akan menyadarinya. Bahkan kalaupun menyadari banyak orang akan beranggapan ini bukanlah bentuk tindakan mencuri yang sesungguhnya.

Pada intinya, ada satu hal yang bisa kita lihat bahwa ada area abu-abu antara apa yang memiliki legitimasi untuk digunakan dan apa yang tidak. Selain itu, ada area abu-abu lain antara apa yang termasuk dengan etika dan moral yang salah serta yang mana yang disebut sebagai suatu hal yang ilegal.

Selasa, 11 Maret 2008

Tenaga Outsourcing Dalam Jurnalisme: Reuters di India

Review Lanjutan While I Was Sleping (hal 17-19)

Ternyata bukan hanya dunia akuntan dan radiologis saja yang memiliki para pekerja outsourcing. Akan tetapi, dunia yang digeluti Friedman pun begitu. Awalnya, ia tidak menyangka akan hal ini. Ia malah berfikir, terima kasih Tuhan, ia menjadi seorang jurnalis, dimana tidak ada tenaga kerja outsource yang dipakai dalam pekerjaannya, meski menurutnya beberapa pembacanya ingin kolomnya bisa sampai ke Korea Utara.

Semua yang dipikirkan Friedman ternyata salah. Jurnalisme sekarang juga mengenal adanya tenaga outsource. Hal ini ia temui sebagai realita, ketika ia mendapat kabar tentang operasionalisasi tabloid Reuters yang ada di India. Memang, ia tidak datang secara langsung ke Reuter India. Akan tetapi, dari pertemuannya dengan Tom Glocer, CEO dari Reuters, ia tahu bahwa hal tersebut benar-benar dilakukan. Glocer merupakan orang yang menjadi pioner dalam memasukkan tenaga outsourcing dalam elemen rangkaian supplai berita.

Dengan 2.300 jurnalis diseluruh dunia, Reuter memiliki audience yang begitu complek yang harus mereka puaskan. Ketika para konsumennya mulai perhitungan terhadap harga, Reuter pun akhirnya mulai mencari cara untuk menyelesaikan masalah biaya ini dan sekaligus sebagai langkah efisiensi mereka. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan. Diantaranya, dimanakah bisa menemukan orang-orang yang mampu menjadi sumber supplai berita Reuters? Dan, bisakah kita tetap bekerja secara resmi di London dan New York dan sebagian dilimpahkan ke India?

Glocer lalu mulai memperhatikan fungsi yang paling mendasar yang harus disediakan Reuters dalam pemberitaannya. Menurut Glocer, ternyata, ada beberapa hal yang mendapat perhatian khusus audience nya seperti berita tentang suatu perusahaan dan hal-hal yang terkait dengan pembangunan di bidang bisnis. Tanpa mengesampingkan pekerjaan jurnalisme, ia berpendapat, akan memakan waktu yang sangat lama, jika kita benar-benar menggunakan sistem kerja jurnalis (meliput berita, mencari komentar, dll) untuk memantau perubahan ini. Akhirnya, menurutnya, yang paling penting adalah mendapatkan berita yang paling dasar secepat mungkin. Berita ini harus diperhatikan perubahannya tiap detik dalam satu hari.

Selain itu, dunia digital dan dunia yang mulai mendatar mendorong Glocer untuk berpikir ulang bagaimana Reuters harus menyampaikan beritanya, sebaik mungkin, dimana tidak ada pengabaian pada fungsi jurnalis dan memindahkan nilai lain yang lebih rendah sebagai tambahan (berita) ke India. Selain itu, bagaimana pula mengurangi overlapping gaji yang ada di Reuter, tetapi tetap mempersembahkan karya jurnalis terbaik sebanyak mungkin.

Lalu, muncullah ide dari Glocer untuk menyewa enam reporter lokal dari Bangalore. Mereka semuanya dijadikan eksperimen, dimana mereka harus mengerjakan headline berita dengan cepat, membuat tabel, atau mengerjakan beragam pemberitaan lain yang mereka dapatkan di Bagalore. Semuanya yang disewa oleh Reuter memiliki kemampuan dan latar belakang sebagai akuntan dan mereka pun telah dilatih oleh Reuters. Meskipun demikian, mereka hanya dibayar sesuai upah standar lokal di India serta diberi jatah liburan dan asuransi kesehatan.

Ternyata apa yang dilakukan Reuter dengan memanfaatkan tenaga kerja di India ini berhasil. Menurut Glocer hal ini mungkin terjadi karena India merupakan tempat yang kaya untuk memperoleh tenaga kerja. Selain itu, kesuksesan mereka dalam menyewa orang atau pekerja ini juga tidak lepas dari kebudayaan yang ada di kota Bagalore, dimana segala sesuatu berlangsung begitu ketat. Intinya, di Bangalore terdapat satu prinsip, jika kau telat satu detik saja maka kau akan kehilangan segalanya. Melalui ini, efisiensi dapat dinikamati Reuter karena pekerja tambahan dari India ini hanya dibayar kurang dari setengah gaji yang mereka bayarkan ke pekerja sejenis di Barat.

Selain sisi ekonomis dan dunia yang kian datar yang membuat Reuter melakukan hal ini, Glocer mengatakan ini dilakukan sebagai wadah untuk orang-orang yang memang suka terhadap pekerjaan ini, meski mereka bukan jurnalis. Contohnya, jika kamu pekerja di suatu perusahan, kamu bisa sekaligus menjadi reporter Reuters, tentunya dalam membahas hal-hal yang terkait dengan perusahaan tersebut. Jadi, si jurnalis “asli” yang berada di New York ataupun London, dapat membaca apa yang kamu reportasekan dan menganalisasnya sehingga jadilah sebuah berita. Hal ini menguntungkan. Karena mereka yang yang menjadi tenaga tambahan Reuters ini tidak dibayar mahal seperti wartawan Reuters yang ada di New York atupun London. Seperti yang semula disinggung, mereka hanya dibayar seperti upah standar yang ada di India. Dan menurut Glocer, inilah fakta yang bisa dilakukan di Bangalore sekarang. Bahkan menurutnya, tenaga kerja outsource Reuters yang ada di India, terus menerus meningkat setiap tahun.

Reuters menemukan bahwa pekerja di India sangat efisien secara finansial dan memiliki kinerja kerja yang tinggi. Selain India, Reuters pun membuka hal yang serupa di Bangkok, Thailand, karena menurut mereka tempat ini merupakan daerah yang tepat untuk merekrut pekerja sebagaimana yang mereka lihat di Bangalore.

Selasa, 04 Maret 2008

While I was Sleeping Part II (hal 12- 16)

Artikel ini masih bercerita tentang hal yang sama, yakni perjalanan Friedman ke India. Yang menjadi unik dalam artikel ini adalah dialog yang dilakukan Friedman dengan dua orang temannya, yang kesemuanya memiliki inti yang sama, yakni munculnya jasa dan tenaga outsourcing di dunia kini.

Teman pertama yang membuka wawasan Friedman tentang adanya tenaga outsoucing adalah Jaithirth “Jerry” Rao. Rao adalah kenalan Friedman di Bangalore, India. Awal mulanya, Friedman bertemu Rao di sebuah hotel di Bangalore. Ketika itu, Rao menawarkan untuk membantu Friedman membayar pajak penghasilan dan kebutuhan keuangan lain yang ia butuhkan dari Bagalore. Mulanya, Friedman menolak. Ia menyatakan, ia telah memiliki akuntan sendiri di Chicago, Amerika Serikat, yang mengurusi hal tersebut. Meskipun Friedman menolak, ternyata penolakan Friedman tersebut membuka sebuah wawasan baru untuk dirinya.

Meski Friedman menolak, Rao bercerita banyak dengan Friedman tentang apa yang ia tawarkan. Rao menceritakan kalau dirinya memiliki sebuah perusahaan dimana perusahaan ini memiliki tim yang terdiri dari akuntan yang ada di India, yang mampu menjadi tenaga kerja dari luar (outsource), yang bekerja untuk semua bentuk pelayanan yang terkait dengan akuntansi di tiap negara bagian dan pemerintahan federal di Amerika. Dengan melalui perusahaannya, yang memanfaatkan jasa outsource, proses yang terkait dengan pembanyaran pajak penghasilan mampu dilakukan dengan lebih murah dan cepat tanpa mengabaikan standar formal yang ada.

Menurut Rao, hal ini bisa dilakukan meski akuntan resmi yang berada di Amerika memilih tidak membeberkan nama klien yang ia tangani. Caranya adalah tenaga outsource yang berada di India, menerima informasi dari akuntan yang berada di Amerika dengan pasword tertentu. Lalu melalui itu, akuntan outsource yang ada di India hanya melengkapi pembayaran pajak penghasilan tersebut, meski tanpa data pemilik pajak itu.

Rao menyadari, semua data yang ada di Amerika dilengkapi dengan pengaturan sistem kerahasiaan. Jadi menurutnya, proteksi data dan penjagaan akan kerahasian klien merupakan hal utama yang djunjung perusahaannya. Memang, akuntan di India bisa saja melihat data di layar komputer tempat ia mengerjakan tugasnya, namun, ia tidak akan bisa men-download ataupun mencetak data tersebut. Hal ini akibat perusahaan Rao telah membuat progrm yang tidak mengizinkan itu terjadi. Bahkan, outsource akuntan tersebut bahkan tidak diperkenankan mencatat bahkan memiliki kertas ataupun alat tulis di ruangan mereka ketika mereka bekerja. Menurut Rao, pekerjaan seperti tenaga outsourcing ini kini memang tengah menjadi pekerjaan primadona di India. Dari tahun ke tahun, ia menyatakan jumlahnya terus menerus meningkat.

Penjelasan Rao yang panjang ini, ternyata membawa pertanyaan sendiri dari Friedman. Friedman bahkan menanyakan Rao bagaimana hal tersebut terjadi padahal, kasarnya, India bahkan tak lebih maju dari Amerika?

Menurut Rao memang teknologi di negaranya tidak semaju di Amerika. Akan tetapi, ia percaya bahwa sepuluh tahun lagi teknologi yang ada di Amerika sekarang pasti bisa akan berlaku d negaranya. Rao tahu kalau akan sulit menyamai negara Amerika. Rao tahu teknologi Amerika pasti akan selalu lebih jauh maju dibanding India. Namun Rao percaya teknologi yang ada di negaranya pasti akan bisa atau setidaknya berada dibawah sedikit dari Amerika. Rao berpendapat, bak bacaan yang sering ditemukan dalam buku ekonomi dasar: barang memang diperdagangkan, tetapi, pelayanan dikonsumsi dan diproduksi di tempat yang sama. Meski mereka bukanlah pengekspor barang tersebut. Akan tetapi kini orang-orang dinegaranya semakin dekat dengan pengekspor tersebut.

Teman kedua Rao adalah seorang profesor dari Johns Hopkins University, Bill Brody. Berbeda dengan pertemuannya dengan Rao yang bertatap muka secara langsung, Bill menceritakan tentang manfat tenaga outsource via surat yang ia kirim. Dalam suratnya, ia menyatakan ia sedang memberi ceramah di kuliahnya tentng radiologist. Menurutnya, sekarang radiologist begitu terbantu dengan adanya tenaga radiologist outsource yang ada di India dan Australia. Ia menyatakan, dengan tenaga radiologist outsource ini, pekerjaan bisa dilakukan 24 jam (pagihari merupakan bagian radiologist Amerika, malam hari adalah pekerjaan radiologist India dan Australia).