Selasa, 19 Februari 2008

Dunia kian Datar

-“Honey,” I Confided, “I think the world is flat”-

Friedman, When I Was Sleep

Beratus tahun yang lalu, Cristhopher Columbus menjelajah dunia dari sisi yang berbeda, guna menemukan jalur baru menuju India. Berlayarlah ia melalui jalur barat yang belum pernah terjamah sebelumnya. Alih-alih menemukan India, Cristhoper Columbus malah menemukan benua baru yang dikemudian hari diberi nama Amerika. Ya, sekembalinya dari perjalanan tersebut, Columbus memang tak pernah menemukan India. Tapi melalui perjalanannya, Columbus membuktikan pada Ferdinant dan Isabella, Raja dan Ratu Spanyol, kalau bumi itu bulat.

Tapi, apakah pembuktian bahwa bumi itu bulat oleh sang Columbus bisa berlaku sekarang? Dalam tulisan When I was Sleep, Friedman mengatakan bahwa apa yang dilihatnya, dari hasil perjalanan nya selama ini, sekarang membuat bumi terasa tidak bulat lagi. World now is flat!!! (Bumi sekarang kian datar). Mengapa? Menurut Fierdman, ada beberapa hal yang membuat ia yakin bahwa bumi yang dipijaknya terasa semakin datar. Hal ini terkait dengan penyebaran kebudayan yang relatif sama di tiap belahan dunia dan teknologi yang membuat jarak di tiap sisi bumi menjadi kian sempit.

Contohnya, ketika ia datang ke Bangaloore, salah satu daerah di India. Ia merasa tak seperti berada di India. Disana, ia menemukan gedung bertingkat, ia melihat banyak kantor perusahaan ternama seperti HP dan Texas Instruments, bahkan restoran waralaba Pizza Hut. Di India pun ia malah menemukan banyak orang-orang Amerika berkeliaran disana. Bahkan warga negara India, yang etnis india asli sekalipun, menggunakan nama Amerika. Menurutnya, kebudayan dunia yang kini kian disamakan membuat Bangaloore tak jauh beda dari Kansas.

Selain itu, perkembangan teknologi yang kian fantastis pun membuat jarak yang ada di dunia kini semakin sempit. Orang-orang di masing-masing belahan dunia yang berbeda kini mampu membicarakan bisnis mereka, bak bertemu tatap muka, melalui teknologi teleconference. Komputer yang terjangkau, yang menyebar ke pelosok bumi, dan software yang kian membanjir, seperti email dan search engine Google contohnya, membuat beragam pekerjaan bisa dikirim dari manapun dan diterima di belahan bumi manapun. Industri yang semakin bergerak cepat dan teknologi yang kian maju menimbulkan fenomena munculnya tenaga outsourching yang berfungsi mempermudah pekerjaan, bisnis dan transaksi dunia. Outsourching merupakan tenaga dari luar yang membantu melayani atau melakukan pekerjaan industri atau perusahan yang mengontraknya. Ia membuat beragam hal di dunia kini kian mudah dan tak berjarak.

Di benak Friedman, dunia yang kian datar menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi ia merasa kagum dengan hal ini. Tapi disisi lain, ini menimbulkan ketakutan tersendiri. Ia kagum karena banyak hal yang semula tidak mungkin untuk dilakukan, dengan teknologi maju, bisa dengan mudah terjadi. Tapi ia juga takut karena penggunaan teknologi yang membuat dunia semakin datar ini bisa disalahgunakan, baik oleh mereka kelompok-kelompok yang marah, dicontohkannya dengan teroris, atau golongan orang yang frustasi.

Ketakutan Friedman pun kian bertambah karena secara profesional, fenomena ini, justru membuat manusia menjadi lemah dan dipaksa kehilangan sesuatu. Disini, Freidman mencontohkan dirinya, ketika sebelum peristiwa 9/11, otak dan pengetahuannya dipenuhi akan isu tentang globalisasi. Akan tetapi, ketika sesudah 9/11 terjadi, setiap hari yang ada di benaknya hanya teorisme. Dan akibatnya, ia malah kehilangan informasi berharga tentang globalisasi yang seharusnya ia dapat. Menurut Friedman dunia yang kian datar membuat manusia menjadi terikat oleh isu yang sama sehingga lupa akan isu dan pengetahuan lain yang berbeda yang pada saat itu kebetulan bukan common isu masyarakat dunia.

2 komentar:

Dede Ariyanto mengatakan...

kenalan boleh dong...

Dede Ariyanto mengatakan...

oh iya lupa kunjungi blogku ya...caranya cukup km klik aja namaku nanti dg sendirinya km akan di bawa ke blogku he...he...he...