Selasa, 15 April 2008

Inovasi dari Internet

(review bab 8, hal 120-141)

Dunia nyata dan dunia cyber memang berbeda. Jika di dunia nyata, seorang arsitek butuh proses yang lumayan panjang untuk membuat sebuah bangunan, dalam konteks digital beragam hal bisa dilakukan dengan cara yang instant. Dalam ruang cyber pun tidak ada sesuatu yang alami. Menurut penulis, hal yang alami dalam ruang cyber adalah orang-orang yang menciptakan dunia itu sendiri.

Meskipun demikian, ruang cyber tetap memiliki karakter-karakter tersendiri. Karakter yang unik terkait dengan kelahiran dari ruang cyber itu sendiri. Dimana arsitekturnya tidak memungkinkan kekuatan apapun untuk mengontrol bagaimana interaksi akan berakhir atau dalam tulisan ini disebut prinsip end-to end, yang memungkinkan siapapun yang memiliki ide baru untuk menjual ide baru tersebut. Dan prinsip ini bisa digunakan dalam level-level yang berbeda.

Pada dasarnya, dalam bab ini, sesungguhnya penulis ingin menunjukan bahwa bagaimana sebenarnya kita telah mendapatkan sesuatu yang baru (internet). Ia berharap dapat membuat hubungan yang instant dari sebuah inovasi untuk merubah kontrol yang disebabkan oleh internet. Intinya, membuat internet menjadi mampu untuk dikontrol.

Menurutnya, internet telah mengeset sebuah protokol. Protokol inilah yang memungkinkan adanya produk digital baru. Dalam tulisannya, penulis memuat beberapa produk yang ada di internet dan hubungannya dengan arsitektur dari sebuah Net.

II. HTML Books

HTML books dibuat oleh Eric Eldred. Eldred adalah seorang programmer. Ia menjadi sadar akan internet di tahun 1980 an. Ketika Web menjadi bersifat on-line, Eldred ingin melihat apa yang dapat terjadi dengan Web ketika ia dikaitkan dengan buku. Akhirnya, muncullah HTML, dimana ia bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan buku biasa. Penulis HTML dapat menambahkan link (penghubung) untuk menolong pembaca atau menghubungkannya dengan teks lain yang berhubungan.

III. MP3

MP3 adalah nama dari teknologi yang dikompresor. Ini merupakan alat untuk meratakan ukuran dari sebuat rekaman musik digital, dimana ia bisa dipindahkan secara bertahap oleh penggunanya dari internet. Disini, internet dibuat menjadi distributor industri musik.

IV. Film

Film pun mendapat pengaruh serupa berkat internet. Kemunculan internet membuat film berubah menjadi alat digital yang lebih kuat dan relative mahal. Disini, sekarang, kita memasuki tahapan dimana pembuat film bisa meproduksi film dengan teknologi tinggi dalam bentuk digital.

V. Lyric Server dan Kebudayaan Database

Kebudayaan popular sangatlah mahal dan beragam. Ia muncul bertubi-tubi dan membuat otak manusia tidak sanggup untuk menyimpan semuanya. Alhasil, muncullah kebudayaan baru yang membuat manusia mampu menyimpan beragam hal dalam beragam benda, seperti CD dan MP3

VI. New Markets

Internet memungkinkan munculnya beragam pasar baru di dalamnya. Bahkan, pasar untuk sesuatu yang awalnya hanya memiliki sedikit penggemar. Dalam buku ini, dicontohkan bagaimana internet mampu membuka peluang pasar dalam industri puisi.

VII. New Markets of Distribution

Distribusi memiliki difinisi yang lebih luas. Dalam bab ini, penulis memberi beberapa penjelasan, diantaranya muncullah MP3 dan Napster yang memungkinkan untuk data dibagi secara gratis

VIII. New Demand

Internet mempengaruhi konten dan aplikasi yang membuat munculnya permintaan-permintaan. Ini bukan hanya sekedar satu hal yang membedakan internet dengan dunia nyata. Hal yang penting adalah bagaimana internet merubah bagaimana cara manusia belajar untuk tahu apa yang mereka mau dan bagaimana keinginannya ini berubah. Dalam bukunya, penulis mencontohkan boomingnya situs Amazon.com.

IX. New Participation : P2P

P2P adalah sebuah revolusi baru yang hebat dari kemunculan sebuah internet. P2P sendiri merupakan jaringan Peer 2 Peer. Jaringan P2P dapat didifinisikan sebagai satu hal dimana kontennya tidak hanya dilengkapi dengan satu single server yang sentral tapi ia bersifat “peer” dimana mesin dihubungkan melalui sebuah jaringan.

Menurut penulis, ada pelajaran yang sama dalam tiap paparan yang ia berikan. Internet memindahkan ulang rintangan dalam kehidupan nyata ke dunia digital, dimana rintangan yang terbawa dari dunia nyata ini akhirnya membuat individu tidak mampu menyebarluaskan idenya di internet. Sehingga muncullah beragam faktor pendorong yang menimbulkan beragam inovasi terhadap internet itu sendiri. Faktor-faktor tersebut diantaranya

1. Karena terbiasa dengan penggunaan lapisan kode , penghalang menjadi tidak ada

lagi

2. Karena akses pada lapisan psikal murah, pasar bisa dengan cepat mengakses hal ini

3. Karena ada karakter pada lapisan kode, ada kesempatan untuk mengeksploitasi

sumber yang sesungguhnya sangat mahal jika ditemui di dunia nyata, dimana data

misalnya, biasanya disimpan untuk organisasi yang sangat besar.

Desain dari internet memang menyebabkan lemahnya kontrol. Di saat ia muncul, internet memang memberi kebebasan lebih untuk berbicara dan melakukan tindakan pembajakan. Pada dasrnya, penulis ingin menceritakan tentang inovasi dari internet. Bukan tentang kematian inovasi itu. Tapi tentang relokasi dari inovasi tersebut yang menjauhkan perbedaan, medesentralisasikan internet kembali kepada institusi. Penulis percaya perubahan pasti akan terjadi.

Selasa, 08 April 2008

Afterword

“tulisan ini dimulai dari halaman 281-285”

Perjalanan Personal: John

Dalam penjelasan buku di awal, John telah melengkapi sebuah projek untuk sebuah perusahaan yakni Business Software Alliance untuk memahami pengaruh pembajakan software dalam bidang ekonomi, jadi ia pun akhirnya tahu kalau pembajakan bukanlah kejahatan yang memakan korban sedikit. Di sisi lain, di waktu yang sama pula, ia pun merupakan orang yang baru mengenal Napster. Ketika itu, istri dan anaknya memperkenalkan bagaimana cara menggunakan program ini. Ia pun mulai mempercayai kalau Napster merupakan cara yang paling baik untuk mencari beragam lagu dibanding dengan cara yang lain. Di dalam Napster ia dapat menemukan beragam lagu, mulai dari jenis jazz`sampai rock, yang mungkin, tak bisa ia temukan di katalog industri musik yang lain. Pertumbuhan yang begitu cepat dari pengguna Napster, yakni mencapai ribuan dalam waktu sebulan, meyakinkan saya bahwa telah ada sebuah fenomena yang menjadi pusat perhatian yang lebih dari sekedar mencari lagu dengan gratis. Padahal, label rekaman justru susah payah memporsir artis nya untuk bekerja dan berkreasi mati-matian. Hal ini akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada si penulis. Ia pun merasa harus menghormati kerja keras para eksekutif dalam industri musik ini.

Ketika ia memulai menginterview orang-orang, khususnya remaja, terhadap perilaku mereka tentang men download musik, permainan, dan piranti lunak, hal ini membuat penulis menyadari satu hal. Bahwa mereka sama sekali tidak melihat ada yang salah dengan hal ini. Ya, ini seperti melakukan hal yang sia-sia. Akan tetapi ,pada dasarnya, penulis setidaknya ingin memberitahu mereka bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang salah. John hanya ingin menanamkan pada diri tiap orang, bahwa ketika kita mendownload suatu lagu dari Napster, yang sebenarnya, kita tahu kalau lagu tersebut bisa kita beli, kita harus tahu kalau tindakan tersebut merupakan tindakan yang salah. Sebenarnya, penulis tidak bermaksud untuk melakukan penilaian terhadap hal ini. Tapi ya, memang ia melakukannya. Dan bahkan, sesekali ia malah memasang radar detector untuk itu, untuk orang-orang yang melakukan hal tersebut.

John menjadi bersimpati pada industri musik dan film. Menurutnya, sekarang keduanya berada dalam bencana teknologi, yang membuat perubahan dalam bisnis mereka dan tindakan ini tidak dapat dimaafkan. Hal ini terkait teknologi yang membuat manusia ingin mempercepat segala hal dalam kecepatan yang begitu memusingkan. Penulis pun ingin agar para pen download, apapun itu, dibuat menghabiskan waktu yang sangat lama untuk melakukan hal ini, sama seperti lamanya mereka berpikir tindakan ini tergolong perbuatan salah atau benar.

Lalu bagaimana dengan pembajakan buku? Misalnya buku yang ditulis oleh si penulis ini? Penulis memang memikirkan apa rasanya jika ia tahu kalau ada orang yang membaca bukunya tanpa membayar sedikitpun. Menurutnya, jika orang-orang tersebut hanya membaca dari sampul ke sampul, ia tentu merasa cukup tenang. Prospek untuk menjadi kaya dari buku yang terkena pembajakan digital sangatlah tipis. Tetapi, ada satu hal yang menarik. Ada hal yang cukup baik yang muncul. Penulis pasti memiliki pembaca yang banyak, pembaca yang begitu luas.

Jadi, seperti aspek-aspek lain dalam proteksi terhadap copyright dan pembajakan digital, penulis merasa harus mengambil hikmah dari kemampuan manusia yang unik untuk menerima dua pandangan yang berbeda dalam satu waktu. Ia percaya, orang-orang bisa menentukan sikap baik membeli atau hanya membaca buku yang ia tulis. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk mereka melakukan dua hal tersebut. Mereka tidak hanya membaca secara gratis tapi juga membelinya.

Perjalanan Personal: Jack

Ketertarikan penulis (Jack) terhadap komputer teknologi dan etik sudah ada sejak 20 tahun lalu, mulai dari bulletin bernama Concience in Computer sampai BusineesWeek memasukkan ide si penulis untuk menghindarkan anak-anak dari kegiatan hacking computer perusahaan manapun. Ketika ia dan penulis lain, John, merencanakan pembuatan buku ini, ia masih mencoba untuk menyakinkan muridnya bahwa mendownload lagu adalah hal yang tidak beretika dan plagiatisme adalah merupakan tindakan yang tidak termaafkan.

Pada waktu yang sama, untuk mendukung tindakannya, penulis mendapatkan empat lagu dalam komputernya dan ia mendapatkan itu dari internet. Beda dengan yang orang awam lakukan, Ia merekam semua itu dari televisi komersial Sony, yang ia beli dengan 1 dollar dalam web Sony. Ia tahu, ia bukanlah orang yang buta terhadap downloading dan MP3. Akan tetapi, ketika ia mendengar lagu tertentu dan tertarik dengannya, ia lebih memilih untuk membeli dari pada melakukan ha tersebut.

Ketika menyelesaikan buku ini, penulis sebenarnya kecew dan marah. Ia kecewa terhadap tindakan para pemuda dan pihak-pihak lain yang melakukan kegiatan digital yang tidak beretika. Tapi ia pun marah kepada media kompani, karena mereka melakukan tindakan perlawanan terhadap anak-anak (yang melakukan downloading dan sebagainya dalam dunia digital) karena menurutnya, sesungguhnya anak-anak ini sakit dan perlu ditolong. Perasaanya menjadi semakin sakit melihat warga menelanjangi (konotesi) para musisi dan artis, dan lebih sakit lagi bila menyadari bahwa bisnis musik melakukan hal yang sama pula terhadap pelanggan mereka. Ia mulai paham bahwa orang-orang kini hidup dalam keegoisan, yang membuat mendownload menjadi hal yang harus dilakukan karena audience menginginkan media yang tidak menggerogoti uang mereka (gratis) dan tidak sulit dicari. Akhirnya, ia pun berempati pada anak-anak muda yang berani melawan mesin media ini.

Tapi tetap saja, Jack sebagi penulis tidak mau menyalahkan pihak-pihak tertentu atau orang yang terkait dengan ini. Ia lebih memilih untuk mengerti, bahwa sebenarnya ada nilai-nilai tertentu yang mendasari orang-orang melakukan tindakan tak beretika di internet. Ia pun memilih mencoba mengerti sulit untuk mendifinisikan bahwa seseorang mencuri padahal ia mengkopi untuk keperluannya sendiri. Ia pun mengerti sesungguhnya teknologi lah yang merubah semuanya, termasuk cara mengolah hal-hal yang berbau komersial, difinisi properti intelektual, dan cara kita sebagai manusia mengatur hidup kita.

Pada intinya, ia tidak menyalahkan sepenuhnya mengapa seseorang atau anak-anak melakukan tindakan mendownload dan sebagainya tersebut. Ia yakin, apapun pasti ada sebabnya. Dan mereka melakukan hal tersebut juga karena dunia bisnis yang menekan mereka, membuat harga yang begitu tinggi untuk sesuatu yang mereka sangat butuhkan. Ia pun tidak begitu yakin dengan campur tangan pemerintah. Karena menurutnya meski ada peratura, toh kita (individu) lah yang menentukan.

Semua hal yang katalog sekarang berubah menjadi digital. Segala hal sekarang bersifat digital. Internet semakin lama semakin besar, cepat, lebih baik dan munkin saja lebih mudah dan murah. CD pun berganti menjadi musik online dan mobile. TV Show dan film bisa ditonton melalui computer dan software, tanpa harus dibeli, bisa diakses dengan mudah di internet. Jack berpendapat inilah yang dihadapi di abad millennium sekaramg. Teknologi merubah segalanya kian cepat. Karena itu, seharusnya sekarang harys muncul pemikiran baru tentang hak akan kekayaan intelektual dan hak cipta, sikap baru tentang media digital, kesadaran pengguna, dan yang penting, kesadaran para pebisnis dalam menentukan yang mana yang menjadi prioritas.

Selasa, 25 Maret 2008

Membuat Dunia Dengan Flash MX

Bagaimana cara membuat dunia dengan Flash???? Hmm... Mau tahu? Ini dia langkah-langkahnya.

  1. Masuk ke Macromedia Flash
  2. Lalu untuk membuat lingkaran, klik tool “oval” yang ada pada “toolbox”
  3. Trus, untuk membuat garis-garis lengkung (supaya serupa dengan peta bumi) maka kita bisa menggunakan garis “ink”, yang ada pada “pencil” di “toolbox”.
  4. Nah, tinggal diwarnai deh..... Untuk mewarnai tinggal klik “fill” color pada toolbox “color”
  5. Setelah diwarnai kayaknya kurang afdol ya kalau tidak ana animasi gerakan??? Karena yang saya buat adalah animasi memantul, nah, ini nih caranya :

1. Klik file new

2. Pada Timeline , pilih frame 1

3. Pada frame 1, gunakan Insert -> Create Motion Tween untuk memulai

4. Gerakan lingkaran kebawah

5. Klik Insert Keyframe pada frame15 pada Timeline

6. Gerakan lingkaran keatas

7. Klik Insert Keyframe pada frame 30 pada Timeline

  1. Jika sudah selesai tekan Ctrl+ Enter, bola dunia Anda pasti jadi dan sekrang sedang berputar-putar

Merancang Web Dengan Fireworks ala Tibol....

Merancang Web Dengan Fireworks ala Tibol....

Bagaimana membuat desain web??? Hmmm...mungkin bagi sebagian orang awam, hal ini masih teramat sulit. Akan tetapi, sekarang siapa pun bisa merancang Web nya sendiri dengan menggunakan Fireworks. Mau tahu caranya......

Ini nih langkah-langkah nya...

  1. Buka Fireworks yang telah diinstal

  1. Untuk memulai membuat latar, masuk ke menu “File” lalu klik “New”. Atau biar lebih gambang langsung saja pencet saja Ctrl+N
  2. Setelah itu, akan muncul info seperti ini

Dan klik “ok”!!! Dan muncul deh...

  1. Terus, kalian bisa membuat objek kotak atau garis, sesuai hasrat desain kamu, dengan tool “vektor” yang ada di sebelah kiri. Nah, kalau ingin membuat objek kotak seperti ini, kalian bisa menggunakan tool “vektor rektangel”

  1. Lalu, untuk memilih warna, yang pas dengan selera, dan garis, kita bisa melakukan itu dengan masuk ke kolom propertis (biasanya ada di bawah). Kita bisa juga memberi effect “shadow” pada kotak. Efek ini bisa dilihat juga masih di kolom yang sama yakni “propertis” lalu masuk ke “filters”.

  1. Kita bisa menambahkan tex pada desain web juga loh!!! Caranya gampang. Tinggal klik text tools di “kolom vektor”, biasanya ditandai dengan huruf A

Jadi dech desain web ala kita-kita. Tapi....kayaknya nggak seru degh kalau web nya nggak ada gambar-gambarnya????? Hmm....... Lalu bagaimana ya cara memasukkan gambar pada desain web yang kita buat??????

Begini nih caranya:

  1. Buka file gambar kita, lalu masukkan gambar yang akan digunakan
  2. Lalu, bila gambar yang kita ambil berlatar putih, kita bisa menggunakan “Magic Wand Tool” yang ada di kolom “bitmaps”. Setelah itu, masuk ke menu, pilih “select” kemudian “select inverse” dan untuk membuat area pengambilan menjadi lebih halus, kita bisa masuk kembali ke “select” terus “klik feather

  1. Agar gambar dapat bersatu dengan desain web semula, kita bisa mengcopy gambar dengan Ctrl+C lalu mem-paste gambar tersebut ke desain web yang telah kita buat dengan memencet Ctrl+V. Kalian bisa menggunakan Ctrl+T jika ingin menyesuaikan ukuran gambar dengan desain

  1. Saran: Beri filter shadow agar gambar terlihat lebih alami di web!!!!

Nah, web kita ada gambarnya dech sekarang!!!!! Tapi....sebenarnya, ini belum selesai lo!!! Ada tahapan lain untuk menyelesaikan desain web kita ini. Mau tahui caranya? Hayo...

  1. Tahap finishing yang pertama adalah menggunakan slice yang ada di kolom tools web. Dengan ini kita bisa membagi-bagi kerangka web yang kita buat, mana yang bagian “top”, mana yang buat “main menu”, mana yang buat “menu”, dan mana yang “bottom”

  1. Lalu tekan F12 jika ingin melihat preview nya di internet

  1. Setelah itu di “ekspor” dech….. Selesai!!!!

That’s my desain web!!! Thank to NIDIJIHOLIC and nery@purnamainfo...

Selasa, 18 Maret 2008


Are You A Digital Pirate? (hal 1-7)

Cerita dalam buku ini bermula dari seorang anak yang bernama Daren, bukan nama sebenarnya. Ia adalah seorang mahasiswa tingkat pertama di Eastern University, dimana tiap komputer telah tersambung dengan internet berkecepatan tinggi. Pada dasarnya, ia adalah mahasiswa yang baik: Ia tinggi, berambut kriting, pakaiannya rapi, tidak bertindik dan bertato, bahkan ia punya senyum yang lugu. Di dalam kamarnya, Daren sering sekali browser beragam hal dari internet dan mengunjungi www.kaaza.com, dan seketika ia menjadi tersambung dengan cepat ke jaringan komputer di seluruh dunia.

Ya, fakta membuktikan bahwa 300 juta copi data yang ada di Kaaza- sebuah sharing software- telah di download. Sebagai partisipan dalam kazaa, mereka bisa melakukan beragam hal mulai dari pembelian dan penjualan bahkan saling berbagi apa yang mereka pakai satu sama lain, melalui situs pertukaran yang besar tersebut. Akan tetapi, dalam situs ini, tidak ada yang akan benar-benar membeli atau menjual, bahkan tidak ada perrtukaran uang secara langsung, dan tidak ada kondisi transaksi sebenarnya. Yang benar terjadi adalah kazaa merupakan pintu bagi beragam data media, yang bisa dikopi dengan gratis ke beragam komputer, yang tentunya terhubung dengan kazaa. Disini, seseorang, dan juga Daren, mampu men-download data yang mereka pilih dari komputer lain, meski tanpa izin dari yang lain.

Sebenarnya, Daren adalah mahasiswa yang baik. Bahkan ia belum pernah terkena masalah, baik masalah plagiatisme tugas kuliah ataupun menyontek. Akan tetapi, melalui kaaza ia men-download secara gratis CD band musik favoritnya tanpa izin dari perusahan musik. Dalam pikrannya meng-copy lagu dari kazaa memang salah, akan tetapi ia berdalih, hal ini merupakan kesalahan yang tak begitu besar.

Daren, sama seperti 60 juta penduduk bumi lain. Mereka adalah pembajak yang ada di era milenium digital kini. Apa yang Daren tidak tahu adalah sebenarnya idustri rekaman mungkin saja melihat apa yang ia kerjakan, merekam aktivitasnya di internet dan mempersiapkan isu apa yang seharusnya dilakukan untuk menggunakan sesuatu secara legal guna melawan Daren dan pada akhirnya memberikan informasi ini ke administrator informasi kampus di kampus Daren. Hal ini bukan saja berlaku untuk industri rekaman, Jika ia mendownload software atau film, beragam industri ini pun akan tahu apa yang ia lakukan. Dan mungkin, kita juga adalah salah satu pembajak digital, seperti apa yaang Daren lakukan.

Dalam buku ini, sebenarnya penulis ingin membuat pembacanya mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan pembajakan digital. Selain itu, ia pun ingin membantu para pembacanya mendifinisikan lagi beragam hal secara intelektual dan etik. Intinya, ia ingin memberikan beberapa masukkan tentang bagaimana tiap individu (kita) dapat bertindak untuk hal ini.

Di sisi lain, ia mencoba menjelaskan sejarah yang panjang tentang hak cipta dari tiap era, memberikan perhatian pada bagaimana era digital, tempat hidup kita sekarang, telah mengubah hakikat dan persepsi dari bahan-bahan hak cipta. Dalam buku ini akan dijelaskan beberapa contoh dan masalah yang akan dihadapi terkait dengan apa penjelasan tentang intelektual properti dan meminta pembacanya untuk merefleksikan hal ini dalam tindakannya.

Buku ini juga memaparkan kilas balik tentang sejarah hak cipta dan pro dan kontra diantara kepentingan pemilik hak cipta dan masyarakat luas, serta cara yang sesuai untuk menjadi pemain atau pengguna di dunia digital dan aturan-aturannya. Selain itu, pembaca pun juga akan diajak untuk mempelajari pengaruh ekonomi dari pembajakan, hukum yang terkait dan personal dan etika yang ada terkait dengan pembajakan. Dan fokusnya, buku ini ingin mendiskusikan kepada semua pembacanya tentang apa yang sesungguhnya terjadi sehingga kita harus menyebut tindakan ini sebagai sebuah perilaku pembajakan.

Sebelum lebih jauh ke masalah pembajakan, ada satu poin yang dibahas terlebih dahulu. Bukankah semua yang media hal cipta- buku, film, lagu, dll- merupakan properti intelektual? Lalu apakah difinsi properti intelektual sebenarnya?

Sebenarnya properti intelektual dapat didifinisikan dalam dua difinisi

1. Produk dari intelektual yang memiliki nilai komersial, termasuk properti hak cipta seperti literasi atau kerja artistik dan properti ideologi, seperti bentuk, sumber asli, metode bisnis, dan proses industri.

2. Pemilik dari ide dan pihak yang terkait (pengontrol) seluruh representasi visual dari ide-ide tersebut. Menggunakan properti intelektual dari orang lain bisa saja dikenakan biaya royalti atau permisi, tapi dengan kredit ke sumber.

Melalui difinisi ini, dapat disimpulkan bahwa properti intelektual adalah ide asli yang dipikirkan seseorang, dan kemudian direlisasikan dalam bentuk nyata, dan membuatnya menjadi barang miliknya- untuk dijual, di bagi-bagikan secara gratis, ditandai, dll.

Menurut penulis, kita semua pasti setuju bahwa pekerjaan yang original seperti yang dijelaskan di atas merupakan properti intelektual pembuatnya. Akan tetapi, di sisi lain, kita juga harus setuju bahwa 9 dari sepuluh individu di planet ini berasal dari sistem politik dan budaya yang tidak memiliki pemahaman konsep dan hukum tentang properti intelektual. Sehingga fakta yang kemudian muncul adalah banyak orang akhirnya tidak mau tahu dengan kepemilikan seseorang atas sebuah properti.

Hukum hak cipta memberi garanti, berupa hak, kepada pemiliki dari properti intelektual untuk menentukan siapa yang berhak meng-copy propertinya ini. Hak ini telah digunakan selama 300 tahun. Hak atas perlindungan ini merupakan monopoli yang digaransi oleh pemerintah. Meski demikian, hukum ini juga ternyata memiliki kelemahan yakni ia kurang memperhatikan segi semantik. Dimana hak cipta tidak memproteksi sebuah ide dan lebih memilih memproteksi hal-hal unik saja dari sebuah ide.

Contohnya, sebagai hal yang original, setelah bekerja, pembuat hak cipta lalu menyebarkan apa yang mereka buat (hasil ide) ke publik. Akan tetapi, setelah sampai ke publik, hasil kerja yang original itu di format lagi, oleh orang lain, menjadi ekspresi unik yang lain. Mungkin adalah hal yang salah jika kita mencuri dari orang lain. Akan tetapi, jika hal ini menyangkut lagu atau film atau permainan, atau piranti lunak komputer yang kita copy dari teman atau download dari internet, kita mungkin tidak akan menyadarinya. Bahkan kalaupun menyadari banyak orang akan beranggapan ini bukanlah bentuk tindakan mencuri yang sesungguhnya.

Pada intinya, ada satu hal yang bisa kita lihat bahwa ada area abu-abu antara apa yang memiliki legitimasi untuk digunakan dan apa yang tidak. Selain itu, ada area abu-abu lain antara apa yang termasuk dengan etika dan moral yang salah serta yang mana yang disebut sebagai suatu hal yang ilegal.

Selasa, 11 Maret 2008

Tenaga Outsourcing Dalam Jurnalisme: Reuters di India

Review Lanjutan While I Was Sleping (hal 17-19)

Ternyata bukan hanya dunia akuntan dan radiologis saja yang memiliki para pekerja outsourcing. Akan tetapi, dunia yang digeluti Friedman pun begitu. Awalnya, ia tidak menyangka akan hal ini. Ia malah berfikir, terima kasih Tuhan, ia menjadi seorang jurnalis, dimana tidak ada tenaga kerja outsource yang dipakai dalam pekerjaannya, meski menurutnya beberapa pembacanya ingin kolomnya bisa sampai ke Korea Utara.

Semua yang dipikirkan Friedman ternyata salah. Jurnalisme sekarang juga mengenal adanya tenaga outsource. Hal ini ia temui sebagai realita, ketika ia mendapat kabar tentang operasionalisasi tabloid Reuters yang ada di India. Memang, ia tidak datang secara langsung ke Reuter India. Akan tetapi, dari pertemuannya dengan Tom Glocer, CEO dari Reuters, ia tahu bahwa hal tersebut benar-benar dilakukan. Glocer merupakan orang yang menjadi pioner dalam memasukkan tenaga outsourcing dalam elemen rangkaian supplai berita.

Dengan 2.300 jurnalis diseluruh dunia, Reuter memiliki audience yang begitu complek yang harus mereka puaskan. Ketika para konsumennya mulai perhitungan terhadap harga, Reuter pun akhirnya mulai mencari cara untuk menyelesaikan masalah biaya ini dan sekaligus sebagai langkah efisiensi mereka. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan. Diantaranya, dimanakah bisa menemukan orang-orang yang mampu menjadi sumber supplai berita Reuters? Dan, bisakah kita tetap bekerja secara resmi di London dan New York dan sebagian dilimpahkan ke India?

Glocer lalu mulai memperhatikan fungsi yang paling mendasar yang harus disediakan Reuters dalam pemberitaannya. Menurut Glocer, ternyata, ada beberapa hal yang mendapat perhatian khusus audience nya seperti berita tentang suatu perusahaan dan hal-hal yang terkait dengan pembangunan di bidang bisnis. Tanpa mengesampingkan pekerjaan jurnalisme, ia berpendapat, akan memakan waktu yang sangat lama, jika kita benar-benar menggunakan sistem kerja jurnalis (meliput berita, mencari komentar, dll) untuk memantau perubahan ini. Akhirnya, menurutnya, yang paling penting adalah mendapatkan berita yang paling dasar secepat mungkin. Berita ini harus diperhatikan perubahannya tiap detik dalam satu hari.

Selain itu, dunia digital dan dunia yang mulai mendatar mendorong Glocer untuk berpikir ulang bagaimana Reuters harus menyampaikan beritanya, sebaik mungkin, dimana tidak ada pengabaian pada fungsi jurnalis dan memindahkan nilai lain yang lebih rendah sebagai tambahan (berita) ke India. Selain itu, bagaimana pula mengurangi overlapping gaji yang ada di Reuter, tetapi tetap mempersembahkan karya jurnalis terbaik sebanyak mungkin.

Lalu, muncullah ide dari Glocer untuk menyewa enam reporter lokal dari Bangalore. Mereka semuanya dijadikan eksperimen, dimana mereka harus mengerjakan headline berita dengan cepat, membuat tabel, atau mengerjakan beragam pemberitaan lain yang mereka dapatkan di Bagalore. Semuanya yang disewa oleh Reuter memiliki kemampuan dan latar belakang sebagai akuntan dan mereka pun telah dilatih oleh Reuters. Meskipun demikian, mereka hanya dibayar sesuai upah standar lokal di India serta diberi jatah liburan dan asuransi kesehatan.

Ternyata apa yang dilakukan Reuter dengan memanfaatkan tenaga kerja di India ini berhasil. Menurut Glocer hal ini mungkin terjadi karena India merupakan tempat yang kaya untuk memperoleh tenaga kerja. Selain itu, kesuksesan mereka dalam menyewa orang atau pekerja ini juga tidak lepas dari kebudayaan yang ada di kota Bagalore, dimana segala sesuatu berlangsung begitu ketat. Intinya, di Bangalore terdapat satu prinsip, jika kau telat satu detik saja maka kau akan kehilangan segalanya. Melalui ini, efisiensi dapat dinikamati Reuter karena pekerja tambahan dari India ini hanya dibayar kurang dari setengah gaji yang mereka bayarkan ke pekerja sejenis di Barat.

Selain sisi ekonomis dan dunia yang kian datar yang membuat Reuter melakukan hal ini, Glocer mengatakan ini dilakukan sebagai wadah untuk orang-orang yang memang suka terhadap pekerjaan ini, meski mereka bukan jurnalis. Contohnya, jika kamu pekerja di suatu perusahan, kamu bisa sekaligus menjadi reporter Reuters, tentunya dalam membahas hal-hal yang terkait dengan perusahaan tersebut. Jadi, si jurnalis “asli” yang berada di New York ataupun London, dapat membaca apa yang kamu reportasekan dan menganalisasnya sehingga jadilah sebuah berita. Hal ini menguntungkan. Karena mereka yang yang menjadi tenaga tambahan Reuters ini tidak dibayar mahal seperti wartawan Reuters yang ada di New York atupun London. Seperti yang semula disinggung, mereka hanya dibayar seperti upah standar yang ada di India. Dan menurut Glocer, inilah fakta yang bisa dilakukan di Bangalore sekarang. Bahkan menurutnya, tenaga kerja outsource Reuters yang ada di India, terus menerus meningkat setiap tahun.

Reuters menemukan bahwa pekerja di India sangat efisien secara finansial dan memiliki kinerja kerja yang tinggi. Selain India, Reuters pun membuka hal yang serupa di Bangkok, Thailand, karena menurut mereka tempat ini merupakan daerah yang tepat untuk merekrut pekerja sebagaimana yang mereka lihat di Bangalore.

Selasa, 04 Maret 2008

While I was Sleeping Part II (hal 12- 16)

Artikel ini masih bercerita tentang hal yang sama, yakni perjalanan Friedman ke India. Yang menjadi unik dalam artikel ini adalah dialog yang dilakukan Friedman dengan dua orang temannya, yang kesemuanya memiliki inti yang sama, yakni munculnya jasa dan tenaga outsourcing di dunia kini.

Teman pertama yang membuka wawasan Friedman tentang adanya tenaga outsoucing adalah Jaithirth “Jerry” Rao. Rao adalah kenalan Friedman di Bangalore, India. Awal mulanya, Friedman bertemu Rao di sebuah hotel di Bangalore. Ketika itu, Rao menawarkan untuk membantu Friedman membayar pajak penghasilan dan kebutuhan keuangan lain yang ia butuhkan dari Bagalore. Mulanya, Friedman menolak. Ia menyatakan, ia telah memiliki akuntan sendiri di Chicago, Amerika Serikat, yang mengurusi hal tersebut. Meskipun Friedman menolak, ternyata penolakan Friedman tersebut membuka sebuah wawasan baru untuk dirinya.

Meski Friedman menolak, Rao bercerita banyak dengan Friedman tentang apa yang ia tawarkan. Rao menceritakan kalau dirinya memiliki sebuah perusahaan dimana perusahaan ini memiliki tim yang terdiri dari akuntan yang ada di India, yang mampu menjadi tenaga kerja dari luar (outsource), yang bekerja untuk semua bentuk pelayanan yang terkait dengan akuntansi di tiap negara bagian dan pemerintahan federal di Amerika. Dengan melalui perusahaannya, yang memanfaatkan jasa outsource, proses yang terkait dengan pembanyaran pajak penghasilan mampu dilakukan dengan lebih murah dan cepat tanpa mengabaikan standar formal yang ada.

Menurut Rao, hal ini bisa dilakukan meski akuntan resmi yang berada di Amerika memilih tidak membeberkan nama klien yang ia tangani. Caranya adalah tenaga outsource yang berada di India, menerima informasi dari akuntan yang berada di Amerika dengan pasword tertentu. Lalu melalui itu, akuntan outsource yang ada di India hanya melengkapi pembayaran pajak penghasilan tersebut, meski tanpa data pemilik pajak itu.

Rao menyadari, semua data yang ada di Amerika dilengkapi dengan pengaturan sistem kerahasiaan. Jadi menurutnya, proteksi data dan penjagaan akan kerahasian klien merupakan hal utama yang djunjung perusahaannya. Memang, akuntan di India bisa saja melihat data di layar komputer tempat ia mengerjakan tugasnya, namun, ia tidak akan bisa men-download ataupun mencetak data tersebut. Hal ini akibat perusahaan Rao telah membuat progrm yang tidak mengizinkan itu terjadi. Bahkan, outsource akuntan tersebut bahkan tidak diperkenankan mencatat bahkan memiliki kertas ataupun alat tulis di ruangan mereka ketika mereka bekerja. Menurut Rao, pekerjaan seperti tenaga outsourcing ini kini memang tengah menjadi pekerjaan primadona di India. Dari tahun ke tahun, ia menyatakan jumlahnya terus menerus meningkat.

Penjelasan Rao yang panjang ini, ternyata membawa pertanyaan sendiri dari Friedman. Friedman bahkan menanyakan Rao bagaimana hal tersebut terjadi padahal, kasarnya, India bahkan tak lebih maju dari Amerika?

Menurut Rao memang teknologi di negaranya tidak semaju di Amerika. Akan tetapi, ia percaya bahwa sepuluh tahun lagi teknologi yang ada di Amerika sekarang pasti bisa akan berlaku d negaranya. Rao tahu kalau akan sulit menyamai negara Amerika. Rao tahu teknologi Amerika pasti akan selalu lebih jauh maju dibanding India. Namun Rao percaya teknologi yang ada di negaranya pasti akan bisa atau setidaknya berada dibawah sedikit dari Amerika. Rao berpendapat, bak bacaan yang sering ditemukan dalam buku ekonomi dasar: barang memang diperdagangkan, tetapi, pelayanan dikonsumsi dan diproduksi di tempat yang sama. Meski mereka bukanlah pengekspor barang tersebut. Akan tetapi kini orang-orang dinegaranya semakin dekat dengan pengekspor tersebut.

Teman kedua Rao adalah seorang profesor dari Johns Hopkins University, Bill Brody. Berbeda dengan pertemuannya dengan Rao yang bertatap muka secara langsung, Bill menceritakan tentang manfat tenaga outsource via surat yang ia kirim. Dalam suratnya, ia menyatakan ia sedang memberi ceramah di kuliahnya tentng radiologist. Menurutnya, sekarang radiologist begitu terbantu dengan adanya tenaga radiologist outsource yang ada di India dan Australia. Ia menyatakan, dengan tenaga radiologist outsource ini, pekerjaan bisa dilakukan 24 jam (pagihari merupakan bagian radiologist Amerika, malam hari adalah pekerjaan radiologist India dan Australia).

Selasa, 26 Februari 2008

Bahasa Jurnalisme Rezim Orde Baru: Sebagai Alat Kekuasaan Penguatan Dominasi

-teruntuk bang mimar: terimakasih ilmunya-


Jurnalistik di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah negara ini. Pasang surut kian menghiasi perkembangan dunia yang satu ini, dari awal kemunculannya sampai dengan sekarang. Malah, catatan sejarah jelas menunjukan kalau umur jurnalistik lebih senior dibanding dengan umur berdirinya Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan munculnya beberapa surat kabar lokal pada masa penjajahan baik Belanda ataupun Jepang.

Berbicara tentang jurnalistik pasti tidak akan lepas dari persoalan bahasa. Mengapa demikian? Bahasa adalah komponen utama yang menyusun jurnalistik. Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi, mengekspresikan sikap dan tindakan terhadap sesuatu. Komunikasi dan ekspresi manusia terhadap sesuatu inilah yang mendasari adanya dunia jurnalistik Tanpa bahasa, mustahil jurnalistik akan muncul.

Pada dasarnya, manusia hidup di dunia ini pasti akan berpolitik. Tak peduli ia hidup di bidang pemerintahan atau tidak, ia pasti akan menunjukan sisi-sisi dan tidakan yang menunjukan bagaimana sikap politisnya. Contohnya seorang balita yang hendak kita rebut botol susunya. Mungkin saja ia akan menggigit dot pada botol tersebut untuk mempertahankan apa yang ia punya. Tindakan balita mengigit dotnya itu, bisa dikatakan sebagai sikap politik untuk mempertahankan botol susu yang menjadi kekuasaannya.

Begitu pula bahasa dalam jurnalistik. Bahasa dalam jurnalistik-pun dalam perkembangannya, dulu sampai sekarang, terkait dengan politik. Hal ini terjadi karena bahsa adalah refleksi dari politik itu sendiri. Politik yang ada pada bahasa jurnalistik kerap terkait dengan kekuasaan. Kekuasaan tersebut datang baik dari pemerintah ataupun dari pihak non pemerintah.

Ketika awal kemerdekan, tepatnya zaman parlementer, harian yang muncul mengusung ideologi masing-masing. Akibat tiap-tiap partai memiliki surat kabar, bahasa di masing-masing harian tersebut cenderung merupakan sikap politik partai dan berusaha menanamkan ideologi yang mereka bawa. Bahkan, terkadang penggunaan bahasa dalam pemberitaan surat kabar tersebut cenderung menjatuhkan partai yang lain, yang menjadi oposisi mereka.

Belum lagi masa orde baru. Ketika rezim ini berkuasa bahasa digunakan sebagai salah satu alat pelanggeng kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan dan statement pemerintah tentang sesuatu hal yang cenderung tidak sesuai dengan makna aslinya dan pro pemerintah. Celakanya, pada saat itu, pers dan jurnalis terkesan nurut saja. Bahasa yang digunakan pemerintah-pun diikuti dalam penulisan jurnalistik. Mungkin hal itu terjadi karena 46 % informasi dari surat kabar berasal dari pemerintah.Sebenarnya ada media yang membaca pembodohan yang dilakukan orde baru. Akan tetapi, media jurnalistik tersebut keburu dibredel oleh pemerintah sehingga jurnalis terkesan diam saja.

Dimata sebagian orang, sekarang mungkin merupakan titik baru dalam perkembangan bahasa jurnalistik. Dengan kebebasan yang ada, bahasa jurnalistik tidak akan terjebak dengan politik dan kekuasaan dari pihak-pihak yang berkuasa. Benarkah demikian? Apakah sekarang bahasa jurnalistik yang diusung media memang merupakan sikap politis yang independen dari media tersebut? Mungkin saja ia. Akan tetapi, apakah sikap politik yang independen itu tidak terkait dengan kekuasaan dan ideologi pemilik harian tersebut? Hal itu bisa saja tidak.

Dari tesis yang dibuat Ibnu Hamad, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, saya menyimpulkan keberpihakan dalam pemaparan bahasa jurnalisme masih tetap ada sampai sekarang. Contoh yang diambilnya pada saat itu adalah pemberitaan tentang kasus Ambon. Dari kasus tersebut, dari empat surat kabar yang ia teliti, terdapa dua surat kabar ibukota yang cenderung menunjukan keberpihakkan terhadap agama-agama yang katanya menjadi sentral dari konflik tersebut. Dua surat kabar itu, apabila diteliti lebih lanjut, ternyata dimiliki oleh orang yang agamanya sama dengan agama masing-masing penduduk yang bekonflik di Ambon. Hal ini jelas menunjukan adanya politik keberpihakkan dalam pemaparan bahasa yang digunakan dalam pemberitan.

Dari apa yang dipaparkan, jelas bahasa jurnalisme Indonesia, dulu dan sekarang masih dipengaruhi kekuasaan. Kekuasaan inilah, dengan berbagai kepentingan yang dibawa, akhirnya menunjukan seperti apa sebenarnya politik atau sikap media jurnalistik tersebut.

World Is Flat

-Untuk semua pembaca: Kesempurnaan hanya milik Allah SWT-

Bab awal yang saya baca berisi tentang alasan mengapa Friedman membuat bukunya, mulai dari perjalanan awal, bagaimana ia bisa sampai ke pemikiran bahwa bumi ini datar hingga dilema yang ia rasa tentang perkembangan teknologi yang ada. Ia pun ingin memaparkan kalau sekarang beragam hal yang mulanya tidak bisa bahkan tak mungkin untuk dilakukan, kini menjadi sangat mungkin. Selain itu, pembagian masa globalisasi menjadi tiga pun kian memperkaya bahasan pengetahuan dalam bab ini. Pada dasarnya, dengan menulis buku ini, Friedman hanya ingin memahami lebih jauh bagaimana proses pendataran ini terjadi dan apa implikasinya untuk negara-negara, perusahan-perusahaan dan tiap individu di dunia.

Beratus tahun yang lalu, Cristhophorus Columbus menjelajahi Samudera melalui jalur yang tidak biasa, guna menjangkau daratan India. Columbus berinisiatif untuk menjelajahi lautan melalui jalur barat akibat Konstantinopel, kota yang menjadi gerbang perdagangan ke Eropa, dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman Turki semasa Perang Salib. Dengan tujuan memperoleh metal berharga, sutera dan rempah, berlayarlah sang penemu Amerika ini dengan tiga armada: Nina, The Pinta, dan Santa Maria. Alih-alih menepi di India, pelayaran tersebut sampai ke benua baru, pada saat itu, yakni benua Amerika. Dalam laporan hasil perjalanannya kepada Sang Raja dan Ratu Spanyol saat itu, Ferdinant dan Isabella, Columbus mendeklarasikan memang ia tak pernah mencapai daratan India, akan tetapi, melalui perjalanannya, ia mampu membuktikan pada penguasa Spanyol tersebut, kalau sesungguhnya bumi yang mereka pijak selama ini berbentuk bulat.

Berabad-abad setelah pelayaran Columbus, seorang jurnalis bernama Friedman mengadakan perjalanan yang sama menuju India. Berbeda dengan Columbus yang hendak mencari metal berharga, sutera dan rempah, si jurnalis ke India guna mencari software, brainpower, pekerja berpengetahuan, call center, dan beragam hal yang terkait teknologi lain, yang menurutnya sumber kemakmuran di masa kini. Ia pun melakukan perjalanannya. Diawali dari Frankfurt, Jerman dan bermodal peta pada GPS, sampailah ia ke India. Lain halnya dengan Columbus yang tak pernah menemukan India, Friedman benar-benar sampai ke India. Dari hasil perjalanannya ke India, Friedman pun, seperti halnya Columbus, menyimpulkan sesuatu. Bila Columbus berkata bumi itu bulat maka dari perjalanannya tersebut Friedman berpendapat kalau bumi itu datar.

Mengapa ia menyimpulkan demikian? Sesampainya di India, ini merupakan perjalanan pertamanya ke India, Friedman menetap di sebuah kota yang bernama Bangalore. Betapa terkejutnya dia melihat kota yang ia inapi itu. Semua tampak berbeda dan tak seperti berada di India. Di kota tersebut ia menemukan beragam hal yang menunjukan betapa majunya kota tersebut, mulai dari restoran dunia ternama, bangunan kelas dunia hingga teknologi yang kian mempersempit jarak yang ada. Di salah satu perusahan contohnya, Infoys Technologies Limited, ia masuk ke sebuah gedung pertemuan Nandan Nilekani. Ketika duduk untuk interview, betapa terkejutnya ia melihat begitu majunya teknologi yang ada di ruang pertemuan tersebut. Salah satunya televisi layar datar yang berfungsi sebagai sarana teleconference yang menghubungkan Bangalore dengan seluruh kota di belahan dunia lain, dari London hingga San Fransisco, mulai dari New York hingga Singapur. Dari apa yang dilihatnya ini, Friedman pun lalu menyimpulkan bahwa area dunia yang disebutnya playing field mulai men-datar, di mana semua orang bisa bertemu dengan satu sama lain tanpa harus bertatap muka, dan hanya tersambung oleh apa yang disebut teknologi. Selain itu, melalui apa yang dilihatnya, ia pun bisa merasakan bahwa kini India mulai meningkatkan mutunya, baik dari pekerja, skill, dan teknologi, agar tak kalah bersaing dari negara yang lain. Hal ini semakin menambah kuat pemikirannya bahwa sekarang buni kian datar.

Melihat hal ini, perasaan Friedman bercampur aduk. Di satu sisi, Friedman terkesima dengan hal ini. Akan tetapi, ia pun diliputi rasa takut pula. Friedman terkesima karena sekarang banyak hal yang dulu tak mampu dilakukan bahkan tak mungkin dilakukan.kinmi menjadi hal yang mungkin. Contohnya, dengan melihat apa yang ia temui di Nandan, ia bisa tahu kalau sekarang, dengan teknologi, mudah sekali menyatukan tiap orang dari dunia berbeda, waktu yang berlainan, dan dari belahan bumi yang tak sama untuk bekerja dan berkompetisi bersama- dengan teleconference, e-mail, fiber optic network, dll.

Akan tetapi, seperti yang sudah disinggung di atas, muncul ketakutan tersendiri dalam diri Friedman. Secara personal, ketakutan itu muncul akibat fakta bahwa kecanggihan teknologi termasuk komputer mampu disalahgunakan oleh orang-orang ataupun kelompok yang menyalahgunakan teknologi tersebut, disini ia menyebutkan contoh seperti Al-Qaeda dan organisasi lain yang ia anggap teroris. Selain itu, secara profesional, mendatarnya bumi, menurutnya dapat berfungsi melemahkan diri manusia itu sendiri, hingga lupa dan tertidur sehingga kehilangan hal penting yang sebenarnya bisa mereka dapatkan. Disini, Friedman mencontohkan dirinya sendiri. Menurutnya sebelum peristiwa runtuhnya World Trade Center, ia memfokuskan dirinya pada hal yang berbau globalisasi. Akan tetapi, ketika peristiwa WTC terjadi, ia lalu terkesima dengan isu sentral yang ada, yakni terorisme sehingga lupa akan isu yang demula ia minati. Alhasil banyak berita tentang globalisasi yang terjadi, yang berbarengan dengan WTC runtuh dan terjadi setelahnya, terlupakan olehnya dan ia pun kehilangan banyak informasi berharga tentang globalisasi.

Melalu perjalananya pula, Friedman pun menyimpulkan ada tiga era besar globalisasi. Pertama, globalisasi 1.0. Era ini dimulai dari tahun 1492, tahun dimana Columbus melakukan pelayaran-dari dunia yang disebut Old World ke dunia yang disebut the New World- hingga tahun 1800. Globalisasi ini membuat dunia yang tampaknya begitu luas menjadi berukuran sedang. Pada tahap ini, globalisasi pun masih berkisar tentang negara dan otot. Seberapa kuat negara tersebut dan sejauh mana negara itu mampu menyebar untuk menguasai wilayah lainya. Kedua, globalisasi 2.0. Masa ini diawali dengan depresi besar dan Perang Dunia I dan II. Disini dunia yang awalnya berukuran sedang kini kian kecil, dan perusahaan multinasional menjadi pelaku dominan integrasi dunia.

Ketiga, globalisasi 3.0, yang diawai dari tahun 2000 hingga sekarang. Era ini membuat dunia yang awalnya kecil menjadi semakin sempit dan datar. Dari ketiga era globalisasi ini, menurut Friedman, ada yang unik dari glabalisasi 3.0. Menurutnya, pada era ini, dunia tak hanya semakin susut dan datar tapi juga begitu kuatnya pengaruh individual. Selain itu, gobalisasi 3.0 tidak hanya dikendarai oleh kulit putih dan pihak Barat (Eropa dan Amerika) saja. Akan tetapi, era globalisasi satu ini memungkinkan untuk semua orang dari belahan bumi manapun untuk tercebur dan bermain di dalamnya, tanpa melihat dari mana seseorang berasal dan apa warna kulit yang dimiliki.

Selasa, 19 Februari 2008

Dunia kian Datar

-“Honey,” I Confided, “I think the world is flat”-

Friedman, When I Was Sleep

Beratus tahun yang lalu, Cristhopher Columbus menjelajah dunia dari sisi yang berbeda, guna menemukan jalur baru menuju India. Berlayarlah ia melalui jalur barat yang belum pernah terjamah sebelumnya. Alih-alih menemukan India, Cristhoper Columbus malah menemukan benua baru yang dikemudian hari diberi nama Amerika. Ya, sekembalinya dari perjalanan tersebut, Columbus memang tak pernah menemukan India. Tapi melalui perjalanannya, Columbus membuktikan pada Ferdinant dan Isabella, Raja dan Ratu Spanyol, kalau bumi itu bulat.

Tapi, apakah pembuktian bahwa bumi itu bulat oleh sang Columbus bisa berlaku sekarang? Dalam tulisan When I was Sleep, Friedman mengatakan bahwa apa yang dilihatnya, dari hasil perjalanan nya selama ini, sekarang membuat bumi terasa tidak bulat lagi. World now is flat!!! (Bumi sekarang kian datar). Mengapa? Menurut Fierdman, ada beberapa hal yang membuat ia yakin bahwa bumi yang dipijaknya terasa semakin datar. Hal ini terkait dengan penyebaran kebudayan yang relatif sama di tiap belahan dunia dan teknologi yang membuat jarak di tiap sisi bumi menjadi kian sempit.

Contohnya, ketika ia datang ke Bangaloore, salah satu daerah di India. Ia merasa tak seperti berada di India. Disana, ia menemukan gedung bertingkat, ia melihat banyak kantor perusahaan ternama seperti HP dan Texas Instruments, bahkan restoran waralaba Pizza Hut. Di India pun ia malah menemukan banyak orang-orang Amerika berkeliaran disana. Bahkan warga negara India, yang etnis india asli sekalipun, menggunakan nama Amerika. Menurutnya, kebudayan dunia yang kini kian disamakan membuat Bangaloore tak jauh beda dari Kansas.

Selain itu, perkembangan teknologi yang kian fantastis pun membuat jarak yang ada di dunia kini semakin sempit. Orang-orang di masing-masing belahan dunia yang berbeda kini mampu membicarakan bisnis mereka, bak bertemu tatap muka, melalui teknologi teleconference. Komputer yang terjangkau, yang menyebar ke pelosok bumi, dan software yang kian membanjir, seperti email dan search engine Google contohnya, membuat beragam pekerjaan bisa dikirim dari manapun dan diterima di belahan bumi manapun. Industri yang semakin bergerak cepat dan teknologi yang kian maju menimbulkan fenomena munculnya tenaga outsourching yang berfungsi mempermudah pekerjaan, bisnis dan transaksi dunia. Outsourching merupakan tenaga dari luar yang membantu melayani atau melakukan pekerjaan industri atau perusahan yang mengontraknya. Ia membuat beragam hal di dunia kini kian mudah dan tak berjarak.

Di benak Friedman, dunia yang kian datar menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi ia merasa kagum dengan hal ini. Tapi disisi lain, ini menimbulkan ketakutan tersendiri. Ia kagum karena banyak hal yang semula tidak mungkin untuk dilakukan, dengan teknologi maju, bisa dengan mudah terjadi. Tapi ia juga takut karena penggunaan teknologi yang membuat dunia semakin datar ini bisa disalahgunakan, baik oleh mereka kelompok-kelompok yang marah, dicontohkannya dengan teroris, atau golongan orang yang frustasi.

Ketakutan Friedman pun kian bertambah karena secara profesional, fenomena ini, justru membuat manusia menjadi lemah dan dipaksa kehilangan sesuatu. Disini, Freidman mencontohkan dirinya, ketika sebelum peristiwa 9/11, otak dan pengetahuannya dipenuhi akan isu tentang globalisasi. Akan tetapi, ketika sesudah 9/11 terjadi, setiap hari yang ada di benaknya hanya teorisme. Dan akibatnya, ia malah kehilangan informasi berharga tentang globalisasi yang seharusnya ia dapat. Menurut Friedman dunia yang kian datar membuat manusia menjadi terikat oleh isu yang sama sehingga lupa akan isu dan pengetahuan lain yang berbeda yang pada saat itu kebetulan bukan common isu masyarakat dunia.

Selasa, 12 Februari 2008

Regulasi Seputar Pendaftaran Hak Cipta (Hasil Bahan Bacaan Agena et.al (hal 242-250))

-maaf....karena informasi ini begitu penting sehingga sulit untuk tidak menjadi sekedar penerjemah-

Aturan Setoran Untuk Pekerja Penerbitan di Amerika Serikat
Walau pendaftaran hak cipta tidak dicantumkan, undang-undang tentang hak cipta di Amerika Serikat menetapkan peraturan setoran (deposito) untuk tiap orang atau organisasi yang bekerja di bidang penerbitan. Setoran ini diberikan pada kantor hak cipta di Amerika Serikat. Ini berlaku selama tiga bulan, berupa dua kopi atau phonorecord (sebutan untuk duplikat barang di denia rekaman) produk yang mereka keluarkan. Hal ini nantinya digunakan untuk keperluan perpustakaan kongres (The Library of Congress) di sana. Ketika pekerja penerbitan yang terkait mengabaikan hal ini, mereka dapat diberi sanksi atau hukuman. Meskipun demikian, hal ini tidak akan mempengaruhi perlindungan terhadap hak cipta yang mereka telah kantongi. Sebenarnya, tidak semua pekerja penerbitan harus memenuhi syarat setoran ini. Ada beberapa kategori tertentu yang mendapat pengecualian.

Penggunaan Perintah Setoran Untuk Kepuasan Keperluan Pendaftaran
Khusus untuk pekerja penerbitan di Amerika Serikat, hukum hak cipta memuat ketetapan dimana setoran mandiri (single deposit) ternyata dapat dibuat untuk memenuhi baik keperluan setoran ataupun untuk registrasi. Untuk itu, ada hal-hal yang harus disertakan ketika melakukan pendaftaran, yakni copi dan phonorecord harus ikut disertakan ketika menyerahkan formulir pendaftaran. Selain itu, ada sejumlah uang tambahan yang harus pula disertakan.

Siapa saja yang Bisa Memiliki Formulir Pendaftaran
Sama seperti pendaftaran pada institusi lain, dalam pendaftaran hak cipta, tidak semua orang bisa mendaftar. Ada ketentuan tertentu siapa saja yang bisa mendaftar sebagai pemilik hak cipta. Berikut orang-orang yang legal mengajukan formulir pendaftaran:
1. Penulis (Author)
Penulis disini diartikan sebagai orang yang menciptakan, membuat dan dibayar atau disewa untuk pekerjaan tersebut.
2. Peng-claim hak cipta (the copyright claimant)
Dalam aturan kantor hak cipta di Amerika Serikat, peng-claim hak cipta dapat didefinisikan sebagai penulis hasil kerja tersebut, organisasi yang diidentifikasikan sebagai pemilik hak ciptaaa sampai hak tersebut dimiliki penulis, ataupun organisasi yang dicantumkan dengan kontrak memiliki hak untuk meng-claim hak cipta produk tersebut.
3. Pemilik hak istimewa
Di dalam payung hukum, hak-hak khusus kepemilikan akan hak cipta dan bagian-bagian yang ada dapat dimiliki, meskipun mungkin hanya terbatas pada dalam suatu waktu dan berlaku pada tempat kejadian tertentu. Pemilik hak cipta ini diperbolehkan mendaftar untuk meng-claim hak cipta akan suatu produk, pekerjaan atau hasil kerja.
4. Agen yang berwenang
Sama seperti penulis, peng-claim hak cipta dan pemilik hak istimewa, agen yang berwenang terhadap produk, pekerjaan atau hasil kerja tertentu pun bisa mengajukan pendaftaran kepemilikan hak cipta.
Syarat khusus tentang adanya pihak ketiga (pengacara) untuk membuat arsip atau berkas mengenai masalah ini tidak dicantumkan.




Formulir Pendaftaran
Formulir pendaftarn hak cipta terbagi dalam klasifikasi kelompok-kelompok tertentu. Ada empat klasifikasi yakni formulir asli, formulir perpanjangan hak cipta, untuk koreksi dan amplifikasi (penguatan), dan untuk kontribusi kelompok secara periodik
1. Formulir pendaftaran asli,
Formulir pendaftaran asli terbagi dalam beberapa jenis meliputi formulir PA, SE, SR, TX, VA, G/DN, formulir pendek/SE dan SE/GROUP, formulir pendek dari TX, PA dan VA, formulir GATT atau GATT dan GATT/GRP. Berikut keterangannya:
a. Formulir PA
Formulir ini untuk semua pekerjaan dan hasil seni, baik yang dipublikasikan ataupun tidak seperti drama dan musik, pantomim dan kreografi, motion picture dan audiovisual.
b. Formulir SE
Formulir ini ditujukan untuk kelompok serial, isu-isu pekerjan, hal-hal yang di disain secara kronikal dan sesuatu yang waktunya tidak bisa kita batasi ( hal-hal yang bersifat periodik, surat kabar, journal, dll)
c. Formulir SR
Formulir ini dibuat untuk pendaftaran hak cipta hasil rekaman suara baik yang dipublikasikan ataupun tidak.
d. Formulir TX
Merupakan formulir yang diperuntukan untuk literatur non drama
e. Formulir VA
Formulir yang diperuntukan untuk hasil seni visual baik yang dipublikasikan ataupun tidak (hasil pekerjaan di bidang arsitektur, grafik, dll)
f. Formulir G/DN
Formulir khusus untuk isu khusus yang berlaku bulanan seperti isu yang dimuat di surat kabar pada kondisi tertentu
g. Formulir Pendek/SE dan SE/GROUP
Formulir khusus yang berlaku untuk pendaftaran tertentu saja
h. Formulir Pendek TX, PA dan VA
Merupakan versi pendek dari formulir registrasi yang telah ada
i. Formulir GATT dan GATT/GRP
Formulir khusus untuk orang-orang yang meng-claim memiliki hak akan hasil cipta tersebut atau organisasi yang terkait dengan pekerjaan tersebut
2. Formulir perpanjangan hak cipta, ada 2 jenis
Formulir perpanjangan hak cipta terbagi dua, yakni formulir RE dan RE Addendum. RE diperuntukan untuk claim hasil cipta yang sudah tercatat sebelumnya dalam hukum sampai 31 Desember 1977 dan terdaftar selama 28 tahun. Selain itu terdapat pula RE Addendum yakni formulir perpanjangan untuk claim hasil cipta yang telah dimuat sebelum munculnya Undang-Undang Copyright tahun 1909 tapi belum pernah di daftarkan selama 28 tahun.
3. Formulir koreksi dan amplifikasi (penguatan)
Formulir ini berguna sebagai formulir pendaftarn tambahan dan berfungsi sebagai penguatan yang diberikan pada kantor hak cipta dari awal registrasi semula. Ia disebut Formulir CA.
4. Formulir kontribusi kelompok secara periodik
Hanya ada satu formulir, yakni formulir GR/CP. Ia aplikasi tambahn yang digunakan untuk pendaftar grup kontributor secara periodik sebagai tambahan formulir asli TX ,PA, dan VA.


Cara memperoleh Formulir Pendaftaran:
Untuk memilikinya, seseorang harus memiliki program Adobe Acrobat Reader. Instal di komputer dan formulirnya dapat di akses lewat internet. Adobe Reader dapat di download secara gratis tanpa bayar dengan masuk ke dalam Adobe Reader Incorporate dengan sambungan internet yang sama dimana formulir itu disediakan. Lalu print satu per satu (halaman kedua secara langsung akan dapat ditemui di bawah halaman pertama). Untuk mendapatkan hasil print yang baik, print tulisan tersebut melalui laser print.

Fill-in Formulir (Formulir Tambahan)
Semua formulir hak cipta yang terdapat dalam Copyright Office Website dalam bentuk fill-in formulir. Masuk ke dalam situs www.copyright.gov/form dan ikuti saja instruksi yang ada. Formulir ini membuat kita tahu informasi tentang pendaftaran hak cipta sementara menunggu Adobe Acrobat Reader bekerja menunjukan formulir. Setelah itu, formulir harus di print dan dikirim ke kantor hak cipta. Fill-in formulir berfungsi sebagai berkas print out kita dan juga berkas untuk kantor hak cipta.

Fees (Bayaran)
Semua pembayaran harus dalam bentuk draf seperti cek, money order, draf bank. Lalu dibayarkan pada Pendaftaran Hak Cipta (Register of Copyright). Pengiriman dalam bentuk tunai tidak diperbolehkan. Mengapa? Karena pengiriman uang tunai terlalu riskan dan beresiko. Draf dapat ditebus tanpa biaya pengiriman melalui institusi Amerika Serikat. Pembayaran harus dengan mata uang dollar dan tercatat dalam American Banking Assosiation. International Money Order dan Pestal Money Order yang ada pada post office tidak diperkenankan. Jika cek yang diterima kantor hak cipta tidak tercatat, kantor hak cipta akan membatalkan registrasi dan pendaftar tidk akan tercantum dalam daftar pemilik hak cipta. Uang tambahan selama proses pendaftaran asli, tambahan ataupun perpanjangan tidak akan dikembalikan kembali, meski pendaftaran pembatalan hak cipta telah dimuat. Berikut keterangan lain tentang pembayaran tersebut:

1. Dana Tambahan dan Pelayanan dapat Dikenakan Pada Pembayaran via Credit Card
Biaya tambahan dalam pembayaran melalui credit card akan dikenai dalam bentuk pembayaran telepon atau pembayaran pada orang-orang di kantor hak cipta, sebagai uang jasa pelayanan. Pembayaran lewat kredit card hanya untuk membayar bentuk pelayanan saja bukan untuk aplikasi tambahan ataupun hal-hal lain yang terkait. Info tentang apa saja yang tidak dikenakan biaya bisa ditanyakan di kantor informasi publik.

2. Bagian Sertifikasi dan Dokumentasi
Pembayaran ini berlaku untuk jasa telepon atau pegawai pada kantor terkait yang membantu melakukan beberapa hal seperti menambah sertifikat, mengkopi dokumen dan setoran, serta menyusun dan mengirimkan kembali sertifikat, setoran dan melakukan proses tambahan lain

3. Kantor Informasi Publik
Pembayaran bisa saja tidak dikenakan pada biaya telepon, hanya pada orang tertentu di kantor informasi publik yang melakukan beragam pekerjaan yang terkait dengan pendaftaran hak cipta. Mulai dari membayar formulir pendaftaran standar, permintaan pelayanan di bagian sertifikasi dan dokumentasi dan juga pelayanan servise secara online.

4. Bagian Referansi dan Bibliografy
Permintaan untuk pencarian baik regular ataupun khusus pun dikenai biaya. Biasanya berupa biaya telepon.

5. Unit Pemeliharaan Rekaman
Biaya tambahan pun juga dikenakan di unit pemeliharaan rekaman. Diantaranya untuk mem-print dan fotokopi

6. Bagian Pengaturan Fiskal
Biaya setoran yang diatur oleh bagian pengaturan fiskal dapat juga dibayarkan melalui credit card. Pencatatan NIE dan data pengakuan dalam formulir GATT dan GATT/GRP dapat dikirimkan melalui credit card jika nomor pada kartu disertakan pada kertas yang terpisah bersamaan dengan formulir.

Pada dasarnya, segala hal tentang pembayaran ini bisa saja berubah. Untuk info lebih lanjut bisa dilihat di www.copyright.gov.

Mencari Rekaman atau Berkas Kantor Hak Cipta
Rekaman atau berkas pendaftaran hak cipta dapat dilihat oleh publik atau masyarakat luas. Untuk memintanya, Kantor hak cipta akan mencoba mencarikan rekaman atau berkas itu untuk anda. Dalam undang-undang hal ini dikenakan biaya 75$ setiap jam atau sedikitnya setiap 1 jam. Sama seperti keterangan yang lain di atas, jika ingin tahu lebih lanjut tentang hal ini silakan menghubungi www.copyright.gov.

Review The Idea Of Theory

“ Theories come in many shapes and sizes”

- W Lawrence Neuman –


Pernahkah mencoba mempelajari sesuatu tanpa panduan? Percaya atau tidak, tanpa panduan sesuatu akan sangat sulit dipelajari. Lalu apa panduan para akademisi dalam mempalajari sesuatu? Melalui bahan yang saya baca, saya dapat mengatakan sesungguhnya teori bak buku panduan. Teori merupakan acuan untuk mempelajari bahkan menyelidiki sesuatu.

Lalu apa difinisi teori? Teori, dari yang saya pahami, pada intinya adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis, yang mempermudah kita mempelajari tentang suatu hal. Teori menjelaskan gejala dan selalu berusaha menentukan hubungan atau pola-pola umum dari suatu gejala sebagai bentuk cara penjelasannya. Teori bisa menimbulkan spekulasi dan beragam penelitian. Bahkan, teori dapat memicu berkembangnya diskusi, debat, bersifat evaluatif dan juga menuai kritik.

Ada beberapa elemen penting teori. Elemen-elemen tersebut yakni asumsi filosofis, konsep, dan penjelasan (explanation). Asumsi filosofis dianggap sebagai hal dasar ketika kita ingin mempelajari sebuah teori. Intinya, ketika belajar satu teori, hal pertama yang harus kita ketahui tentang teori itu adalah asumsi dasar dari teori tersebut. Asumsi filosofis suatu teori terbagi akan tiga cabang yakni secara epistemologi, ontologi dan axiologi. Epistemlogi adalah hakekat dasar dari ilmu pengetahuan tentang bagaimana seseorang tahu apa yang mereka klaim telah mereka ketahui. Ontologi merupakan studi tentang gejala sosial, bagaimana realita sosial akan sesuatu dilihat oleh seseorang. Sedangkan axiologi terkait nilai yang ada dari sebuah studi. Axiologi lebih mengarah pada tujuan dilakukannya penelitian.

Konsep merupakan hal yang paling penting yang memungkinkan terbangunya suatu teori, bagaimana teori itu dilihat dan apa saja hal-hal yang penting dari teori tersebut. Mengutip difinisi dari W Lawrence Neuman, secara lebih sederhana konsep adalah suatu gagasan yang dinyatakan dalam suatu simbol atau kata. Untuk membuat pembaca lebih memahami apa yang ada pada konsep, konsep membutuhkan elemen ketiga dari teori yakni penjelasan. Dengan penjelasan, teori diidentifikasikan secara teratur dan hubungan tiap variabel di dalamnya menjadi baku. Selain ketiga elemen di atas, sebenarnya, ada elemen lain yang muncul sebagai hal mendasar dalam membentuk suatu teori yakni prinsip. Prinsip adalah petunjuk yang mampu membuat kita mengintpretasi, menilai, dan memutuskan apa yang harus dilakukan pada suatu situasi tertentu. Akan tetapi, elemen yang satu ini hanya digunakan dalam teori yang berparadigma practical.

Elemen-elemen yang mengisi konstruksi dari tiap teori tidak sama. Hal ini akibat perbedaan paradigma ideal yang menjadi prinsip para penghasil teori tersebut. Dalam The Idea of Theory terdapat dua tipe paradigma, yakni nomothetic dan practical. Nomothetic teory menganggap suatu hal bisa digeneralisasi dan berlaku universal, dimana secara asumsi realita ada di luar diri manusia dan menunggu ditemukan (epistemologi), teori netral (axiologi), dan prilaku muncul sebagai respon biologis dari lingkungan (ontologi), konsep bisa diukur dan menjelaskan sebab akibat. Practical teory menganggap tidak ada hal yang bersifat universal, dimana secara asumsi ilmu pengetahuan tidak datang sendiri ke dalam kehidupan manusia tapi ia hasil interpretasi dalam diri manusia (epistemologi), tidak ada ilmu yang bebas nilai (axiologi), perilaku muncul karena manusia-lah yang menentukan apa yang hendak ia lakukan (ontologi), konsep tidak bisa diukur, mementingkan pemahaman akan makna dan memiliki prinsip aturan adalah untuk mawas diri dan bertindak.

Meski berbeda paradigma, pada intinya ada nilai universal yang bisa menjadi acuan tentang bagaimana teori itu sesungguhnya. Hal tersebut ialah skup teori harus merambah banyak fenomena dan harus bisa digunakan pada banyak situasi, teori harus menjaga konsistensinya, teori bersifat heuristic (penolong munculnya hal baru pada teori), teori harus valid, teori memberi penjelasan termudah bagi pembacanya dan terbuka (khususnya berlaku untuk paradigma praktis).